Kembali ke Fitrah


Menelsuri untuk apa manusia di ciptakan
Seorang pekerja tidak akan mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik, apabila dia tidak mengerti tugas dan tanggung jawab. Pernahkah kita bertanya apa yang tugas yang diharapkan Allah kepada setiap manusia ketika DIA menciptakan “manusia”. Apakah kita mempunyai ketulusan untuk memposisikan diri sesuai dengan tujuan “penciptaan” dari SANG PENCIPTA. Tahukah kita cara (“metode”) untuk mewujudkan keinginan SANG PENCIPTA?
Pertanyaan itu muncul dalam kesendirian. Namun untuk menuangkannya dalam sebuah catatan tulisan membuat saya harus mengingat ingat kembali pengetahuan yang pernah di dapat. Maklumlah kedangkalan pengetahuan “ilmu agama” yang saya miliki belum memadai untuk mewujudkan hal ini dalam bentuk tulisan yang dapat menyejukkan hati setiap yang membaca. Saya harus membuka kembali catatan catatan yang mulai usang untuk di segarkan kemlbali.
Saya merenung, mungkin setiap insan yang dewasa, sehat akal dan pikiran, pernah mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTP dapat di pastikan tahu (“paling tidak pernah mendengar”) bahwa Allah berfirman “tidaklah Ku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah (“berbuat baik’) kepada Ku. Sayangnya, mungkin kita dalam menapaki jalan kehidupan belum sepenuhnya menyadari dan melakukan dengan kesadaran atas kepatuhan memenuhi tjuan SANG PENCIPTA. Kalaupun pernah atau sering melakukan kebajikan, itu semua dilakukan atas dasar kepentingan atau kebutuhan (“pamrih”). Belum atas dasar kesadaran melakukan tugas yang di bebankan SANG PENCIPTA saat dirinya di ciptakan.
Ketika hadir dalam kesadaran kita untuk kembali meluruskan sesuai dengan tujuan penciptaan diri kita, melakukan kebajikan sebagai wujud kepatuhan dan kesetiaan kepada Allah swt, sang KHALIK yang menciptakan kita. Pernahkah kita menggali, mencari tahu cara yang “tepat” yang di harapkan Allah swt (“metode”), bagaimana melakukan berbuat kebajikan yang di harapkan Allah swt?
Menegaskan kembali, saya yaqin sebagian besar sekalipun masyarakat awam pernah mendengar baik dari ceramah agama, pelajaran sekolah, atau mungkin khatbah jumat. Bahwa Allah swt berfirman, ajaklah ke jalan Tuhan mu dengan cara yang bijaksana {ud ‘u ila sabili rabbika bil hikmah…. Dst), dan dengan ajaran-ajaran yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara-cara yang baik.  Inna rabbika huwa a’lamu bi man dhalla sabilihi “sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang sesat dari jalannya.
Uraian singkat diatas hanya sebagian dari cara-cara berbuat kebajikan yang “metodenya” diajarkan langsung dari SANG PENCIPTA. Hikmah yang terngiang dalam diri saya saat menuangkan ini dalam tulisan, bahwa: ketika ALLAH mempunyai tujuan terhadap penciptaan manusia, maka ALLAH pun menguraikan metode “cara” mewujudkan tujuan penciptaannya tersebut. Bi mardhatillah amin.

Ke Beranda Utama Klik: