PENYAKIT HATI:



Jangan ada dusta di antara kita.




Judul tersebut bukan terinspirasi dari syair yang dilantunkan “Broeri Marantika”, namun terisnpirasi ketika membaca tafsir pada surat Al Baqarah: pi qulubihim marodun pazada humullahu marada walahum ‘azabun alimun bima kanu yakzibun, (“dalam hati ‘mereka’ ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta”). Satu kata terakhir dari kalimat tersebut merupakan sumber inpirasi bagi saya dalam menempatkan judul “JANGAN ADA DUSTA DIANTARA KITA”.
Potensi berdusta  dalam diri manusia semacam “sifat bawaan”, hal ini dapat kita pahami perumpamaan yang di gambarkan Allah swt dan Rasul-Nya, sebagai berikut: 
  • Sabda Rasulullahi S.A.W: manusia adalah tempat kesalahan dan kelupaan
  • Firman Allah swt dalam Al Qur’an: semua manusia yang berada di muka bumi adalah fana.
  • Sesungguhnya manusia tercipta dalam keadaan loba dan kikir, bila ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah dan  jika memperoleh kebaikan (keberuntungan) dia menolak untuk memberi.
Pentingnya melunakan hati dan resepnya 

Raulullah s.a.w bersabda bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal darah jika bersih segumpal darah itu bersih pula sekujur tubuh  dan jika buruk segumpal darah itu maka buruk pula sekujur tubuh Ketahuilah segumpal dara itu adalah HATI. Pada bagian lain Rasulullah bersabda barangsiapa yang dari hatinya memperoleh nawsehat dia akan mendapatkan ALLAH sebagai penjaganya. Selanjutnya dalam sebuah hadis Qudsi Rasulullah menjelaskan: Bumiku tidak sanggup memuat zat Ku begitu juga langit Ku, yang dapat memuat zatku adalah HATI hambaku yang beriman lunak dan tenang

Lalu bagaimana caranya kita dapat menjadikan HATI sebagai PENASEHAT, sehingga kita mendapatkan ALLAH sebagai penjaga? Dan bagaimana pula kita mendapatkan HATI yang dapat memuat Zat ALLAH? Salah satu jawaban yang mungkin dapat kita pahami dan kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari adalah firman Allah swt yang artinya:"dan tenteramkanlah HATI mereka dengan ingat kepada Allah. Ketahuilah dengan ingat kepada Allah HATI pun bisa tenteram.

Bagaimanapula ketika hati sudah mulai mengeras atau bahkan beku? Jawabannya ada pada sabda Rasulullah SAW, inna li kulli da'in wa dawa'a zunubil istgfar, bahwa sesungguhnya setiap penyakit ada obatnya dan penyakit hati yang mengeras karena terlalu banyak dosa maka obatnya adalah istgfar, mohon ampun pada Allah, Mari kita mohon ampun dari semua dosa-dosa kita "min kulli zanbin astagfirullah wa atubu ilaihi".

Apakah kita/anda termasuk yang tidak menginginkan Allah menambah penyakit di hati kita/anda?
Memaknai tiga poin yang digambarkan Allah swt dan Rasul-Nya tersebut diatas, terkait potensi berdusta ada dalam diri manusia memberikan gambaran kepada kita mengapa Allah swt menurunkan Al Qur’an (“sebagai petunjuk”) dan Rasul-Nya yang bertugas menyampaikan petunjuk sekaligus pemberi peringatan. Hal tersebut tentu merupakan pengugah kesadaran, resep dari yang maha tahu tentang ciptaannya agar mahluk manusia yang tidak menginginkan penyakit hatinya di tambah atau bertambah parah. Sehingga mahluk yang bernama manusia selalu diwajibkan bermohon untuk berada pada jalan yang lurus dengan berdoa “IHDINAS SIROTOL MUSTAQIM”. Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan yang lurus itu adalah jalan orang-orang yang dianugrahi nikmat (“sukses”).

Selanjutnya, apakah kita/anda ingin sukses? Apakah kita/anda harus menunggu jalan menuju kesuksesan itu dibentangkan dihadapan kita. Atau menunggu ada suara yang membisikkan tentang jalan itu? Sesungguhnya tidak demikian, jika kita mau memahami, bahwa “zalikal kitabula roibapihi hudalil muttaqin, allazinayu’ minuna bil ghaibi wayuqi munashalata wa mimma razaqnahum yunpiqun”, kitab Al Qur’an tidak perlu diragukan sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib meskipun tidak kelihatan, mereka yang menjalankan shalat selalu ingat kepada Allah, mereka yang mengeluarkan sebagian dari rejeki yang mereka dapatkan (membayar zakat).

Apakah Al Qur’an merupakan petunjuk untuk anda? Tentu terkait juga dengan pertanyaan apakah kita/anda termasuk orang yang beriman kepada yang GHOIB? Apakah kita termasuk orang yang menjalankan shalat dan selalu mengingat Allah? Apakah kita/anda termasuk orang yang ikhlas mengeluarkan sebagian rejeki yang kita dapat  (membayar zakat)? Jika jawabannya “Ya” dipastikan Al Qur’an adalah petunjuk yang akan bermanfaat seperti manfaat yang diperoleh orang-orang yang dianugrahi nikmat.

Ke Beranda Utama Klik: